Sunday, March 3, 2013

SKI dan IBL


Lu’liyatul Mutmainah/12820029

ARAB JAHILIYAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM

Bangsa Arab sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad SAW identik dengan bangsa jahiliyah yang dianggap sangat terbelakang dan tidak manusiawi. Fakta bahwa Islam sudah pernah ada sebelum Nabi Muhammad Saw yang disebut sebagai agama hanif pada masa itu, hanya meninggalkan sejarah karena telah terjadi banyak penyimpangan dengan memasukkan unsur syirik yang disebut agama watsaniyah. Jika melihat perkembangan agama Islam di zaman sekarang, ada kemungkinan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw juga akan bernasib sama dengan agama hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as.
 Zaman jahiliyah terkenal dengan kekejaman, peperangan, budaya minum khamr, berfoya-foya dan sangat merendahkan martabat wanita, hal ini tidak beda jauh dengan zaman modern saat ini. Namun, disisi lain Bangsa Arab pula lah yang telah membesarkan Islam. Islam pertama kali turun dan berkembang di Arab, perkembangan agama Islam hingga saat ini yang kita kenal tidak terlepas dari peran serta bangsa Arab itu sendiri.
Pada dasarnya Agama adalah dasar moral yang menuntun kepada jalan kebaikan dan kebenaran (Faisal Ismail,1996: 110).  Sebagai manusia yang beragama seyogyanya kita dapat menggunakan dan mengembangkan fasilitas serta kemudahan yang ada saat ini untuk membangun kembali peradaban islam agar tidak lagi terpuruk dalam sejarah kelam bernuansa jahiliyah.  Arab pra islam belum mengenal teknologi modern saat ini, tetapi mereka diberi kelebihan berupa hafalan dan kepekaan yang menyatu dengan alam sehingga dapat membangun kebudayaan dari pengetahuan hingga pemerintahan.
           
Bagaimana pengaruh agama dan kebudayaan Arab pra Islam terhadap perkembangan agama Islam itu sendiri?

Ada beberapa agama dan kepercayaan yang dianut oleh bangsa Arab saat itu, salah satunya adalah agama watsaniyah, Fadli SJ(2008: 62) agama  watsaniyah yakni agama yang menyekutukan Allah dengan menyembah aushab(batu yang dibuat menjadi patung) dan ashaam(semua patung yang terbuat selain dari batu). Beberapa kepercayaan lain seperti menyembah bintang, bulan, pohon dan sebagainya. Penyimpangan terjadi secara perlahan-lahan, diantara mereka juga ada penganut agama Yahudi dan Masehi yang masuk melalui jalur perdagangan.
Menjelang kedatangan Islam di tengah bangsa Arab Jahiliyah ada sekelompok kecil yang masih mencari agama hanifiyah yang disebut sebagai hunafa’ yang menyebar luas di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yatsrib, Thaif dan Mekkah. Diantara mereka adalah Rahib Abu amir, Umayah bin Abi al-Salt, Zayd bin’Amr bin Nufayl, Waraqah bin Naufal, ‘ubaydullah bin Jahsh, Ka’ab bin Lu’ay, ‘Abd al-Muthalib, ‘As’ad Abu Karb al-Hamiri, Zuhayr bin Abu Salma, ‘Uthman bin al-Huwayrith (http://msubhanzamzami.wordpress.com/).
Kebiasaan dan kebudayaan masyarakat jahiliyah yang seperti apa pada masa itu?, Arab jahiliyah sering diartikan sebagai arab baduwi(Arab Utara) yang hidup nomaden. Hidup berpindah-pindah yang dilakukan mereka di latar belakangi oleh daerah jazirah Arab yang terkenal gersang dan tandus sehingga memaksa mereka untuk mencari padang rumput demi bertahan hidup.
 Gaya hidup seperti ini membentuk watak negatif antara lain: keras, sulit bersatu dengan kabilah lain dan chauvenis. Mereka juga suka berperang dikarenakan wilayah yang terbatas sementara anggota kabilah yang bertambah, maka siapa yang kuat dialah yang berhak hidup dan dipertuan. Bangsa Arab terkenal kejam dengan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru dilahirkan atau biasa disebut Wa’du al-Banat(lihat Q.S An Nahl: 56-59) dan mengamalkan tradisi nikah al-Istibdha’.
Hudzaifah salah seorang sahabat Nabi pernah bertanya:” Wahai Rasulullah kita pernah merasakan hidup di  zaman jahiliyah yang penuh keburukan, kemudian Allah mengganti masa ini dengan kebaikan datangnya Islam, Apakah setelah ini akan datang kembali keburukan-keburukan itu(perilaku jahiliyah)?”. Rasulullah SAW menjawab:” ya, masa itu akan datang kembali lagi”(banjarmasin.tribunnews.com) .
Perkataan Nabi tersebut sepertinya sudah terlihat dalam fakta dan pemberitaan yang dimasyarakat yakni merajalelanya praktik-praktik kejahiliyahan di dunia ini, bahkan tingkat kejahiliyahannya memiliki arti yang lebih luas seiring dengan perkembangan globalisasi, mobilisasi dan zaman serba berteknologi, sehingga bisa disebut ”kejahiliyahan digital” yakni setiap orang dapat melakukan tindakan amoral tanpa secara langsung menyakiti jasad orang lain.
Zaman jahiliyah bukan hanya zaman sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad Saw, jahiliyah yang sebenarnya adalah berkaitan dengan masalah moral, dimana tidak adanya pegangan hidup sebagai petunjuk pada masa Arab pra Islam sehingga tindakan mereka tidak berdasarkan moral kemanusiaan, hilangnya ketauhidan bangsa Arab dan tidak adanya figur seorang pemimpin yang mengayomi semua umat.
Muhammad Quthb dalam bukunya Jahiliyah Masa Kini(1994: xiii-xiv) menjelaskan bahwa jahiliyah dan memperturutkan hawa nafsu adalah dua sisi mata uang yang sama, jahiliyah yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah kondisi psikologis yang menolak mengambil petunjuk Allah, serta sistem yang tidak berhukum pada apa yang telah diturunkan Allah. Jahiliyah abad dua puluh adalah jahiliyah tipu daya yang teroragnisir rapi, dengan kajian mendalam, dan direncanakan untuk meluluh lantakkan umat manusia dengan berasaskan ilmu pengetahuan. Dia adalah jahiliyah terdahsyat yang belum pernah ditemukan tandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
Hamka (1975: 91-118) menyebutkan beberapa sifat negatif seperti yang diuraikan diatas, dan beberapa sifat positif dari bangsa Arab, antara lain dermawan, pantang menyerah, ahli dalam bidang memanah, berkuda, syair, pidato, pedagang ulung, tepat janji dan lain-lain, bahkan ada salah satu pepatah arab: “Teguh janji, sebagai Sam’ul”, kisah seorang bangsa Arab pra Islam yang sangat patuh pada janjinya sehingga merelakan anaknya untuk dibunuh asalkan Sam’ul menepati janjinya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sebelum datangnya Nabi Muhammad Saw, bangsa Arab telah membangun sistem baik politik, perdagangan, pengetahuan, pemerintahan, dan budaya yang pada akhirnya juga berperan dalam penyebaran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Hubungan kenegaraan yang telah dibangun sebelum datangnya Nabi Muhammad Saw oleh kaum Quraisy yang terkenal pada masanya membawa dampak yang positif dalam penyebaran agama Islam, kebiasaan bangsa Arab yang sangat menghormati tamunya, pekerja keras dan kebiasaan baik lainnya telah disempurnakan dengan ajaran Islam dalam al-Qur’an agar tidak terjadi penyimpangan.
Begitu luar biasanya bangsa Arab baik sebagai bangsa jahiliyah maupun bangsa yang memiliki kekuatan yang besar sehingga berdampak pada perkembangan Islam baik dari zaman dahulu hingga sekarang. Tradisi gurun pasir yang keras serta perang antar suku yang sering  terjadi pada akhirnya berkaitan dengan ide-ide  dalam al-Qur’an mengenai penyebaran islam, seperti jihad, sabar, persaudaraan, persamaan dan lain-lain.
Demikianlah sedikit ulasan mengenai agama dan kebudayaan Arab pra Islam dan pengaruhnya terhadap perkembangan Islam. semoga uraian yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kritik dan saran penulis harapkan sebagai perbaikan dimasa yang akan datang.


Daftar Pustaka
-      Hamka. 1975. Sejarah Umat Islam Pertama. Jakarta: Bulan Bintang.
-      Fadil SJ. 2008. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN Malang Press.
-      Quthb, Muhammad. 1994. Jahiliyah Masa Kini. Bandung: Pustaka.
-      Ismail, Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
-      Tradisi Jahiliyah itu Muncul Kembali”. Banjarmasin.tribunnews.com  diakses pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 22.16 WIB
-      http://msubhanzamzami.wordpress.com  diakses pada tanggal 19 Februari pukul 08.10 WIB



No comments:

Post a Comment