Lu’liyatul
Mutmainah/12820029
ARAB JAHILIYAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM
Bangsa Arab
sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad SAW identik dengan bangsa jahiliyah yang
dianggap sangat terbelakang dan tidak manusiawi. Fakta bahwa Islam sudah pernah
ada sebelum Nabi Muhammad Saw yang disebut sebagai agama hanif pada masa itu,
hanya meninggalkan sejarah karena telah terjadi banyak penyimpangan dengan
memasukkan unsur syirik yang disebut agama watsaniyah. Jika melihat
perkembangan agama Islam di zaman sekarang, ada kemungkinan Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Saw juga akan bernasib sama dengan agama hanif yang dibawa
oleh Nabi Ibrahim as.
Zaman jahiliyah terkenal dengan kekejaman,
peperangan, budaya minum khamr, berfoya-foya dan sangat merendahkan martabat
wanita, hal ini tidak beda jauh dengan zaman modern saat ini. Namun, disisi
lain Bangsa Arab pula lah yang telah membesarkan Islam. Islam pertama kali
turun dan berkembang di Arab, perkembangan agama Islam hingga saat ini yang
kita kenal tidak terlepas dari peran serta bangsa Arab itu sendiri.
Pada dasarnya
Agama adalah dasar moral yang menuntun kepada jalan kebaikan dan kebenaran (Faisal
Ismail,1996: 110). Sebagai manusia yang
beragama seyogyanya kita dapat menggunakan dan mengembangkan fasilitas serta
kemudahan yang ada saat ini untuk membangun kembali peradaban islam agar tidak
lagi terpuruk dalam sejarah kelam bernuansa jahiliyah. Arab pra islam belum mengenal teknologi modern
saat ini, tetapi mereka diberi kelebihan berupa hafalan dan kepekaan yang menyatu
dengan alam sehingga dapat membangun kebudayaan dari pengetahuan hingga
pemerintahan.
Bagaimana
pengaruh agama dan kebudayaan Arab pra Islam terhadap perkembangan agama Islam
itu sendiri?
Ada beberapa
agama dan kepercayaan yang dianut oleh bangsa Arab saat itu, salah satunya
adalah agama watsaniyah, Fadli SJ(2008: 62) agama watsaniyah yakni agama yang menyekutukan Allah
dengan menyembah aushab(batu yang dibuat menjadi patung) dan ashaam(semua
patung yang terbuat selain dari batu). Beberapa kepercayaan lain seperti
menyembah bintang, bulan, pohon dan sebagainya. Penyimpangan terjadi secara
perlahan-lahan, diantara mereka juga ada penganut agama Yahudi dan Masehi yang
masuk melalui jalur perdagangan.
Menjelang
kedatangan Islam di tengah bangsa Arab Jahiliyah ada sekelompok kecil yang
masih mencari agama hanifiyah yang disebut sebagai hunafa’ yang menyebar luas
di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yatsrib, Thaif dan Mekkah. Diantara mereka adalah
Rahib Abu amir, Umayah bin Abi al-Salt, Zayd bin’Amr bin Nufayl, Waraqah bin
Naufal, ‘ubaydullah bin Jahsh, Ka’ab bin Lu’ay, ‘Abd al-Muthalib, ‘As’ad Abu
Karb al-Hamiri, Zuhayr bin Abu Salma, ‘Uthman bin al-Huwayrith (http://msubhanzamzami.wordpress.com/).
Kebiasaan dan kebudayaan
masyarakat jahiliyah yang seperti apa pada masa itu?, Arab jahiliyah sering
diartikan sebagai arab baduwi(Arab Utara) yang hidup nomaden. Hidup
berpindah-pindah yang dilakukan mereka di latar belakangi oleh daerah jazirah
Arab yang terkenal gersang dan tandus sehingga memaksa mereka untuk mencari
padang rumput demi bertahan hidup.
Gaya hidup seperti ini membentuk watak negatif
antara lain: keras, sulit bersatu dengan kabilah lain dan chauvenis. Mereka
juga suka berperang dikarenakan wilayah yang terbatas sementara anggota kabilah
yang bertambah, maka siapa yang kuat dialah yang berhak hidup dan dipertuan.
Bangsa Arab terkenal kejam dengan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru
dilahirkan atau biasa disebut Wa’du al-Banat(lihat Q.S An Nahl: 56-59) dan mengamalkan
tradisi nikah al-Istibdha’.
Hudzaifah salah
seorang sahabat Nabi pernah bertanya:” Wahai Rasulullah kita pernah merasakan
hidup di zaman jahiliyah yang penuh
keburukan, kemudian Allah mengganti masa ini dengan kebaikan datangnya Islam,
Apakah setelah ini akan datang kembali keburukan-keburukan itu(perilaku
jahiliyah)?”. Rasulullah SAW menjawab:” ya, masa itu akan datang kembali
lagi”(banjarmasin.tribunnews.com) .
Perkataan Nabi
tersebut sepertinya sudah terlihat dalam fakta dan pemberitaan yang
dimasyarakat yakni merajalelanya praktik-praktik kejahiliyahan di dunia ini,
bahkan tingkat kejahiliyahannya memiliki arti yang lebih luas seiring dengan
perkembangan globalisasi, mobilisasi dan zaman serba berteknologi, sehingga bisa
disebut ”kejahiliyahan digital” yakni setiap orang dapat melakukan tindakan
amoral tanpa secara langsung menyakiti jasad orang lain.
Zaman jahiliyah
bukan hanya zaman sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad Saw, jahiliyah yang
sebenarnya adalah berkaitan dengan masalah moral, dimana tidak adanya pegangan
hidup sebagai petunjuk pada masa Arab pra Islam sehingga tindakan mereka tidak
berdasarkan moral kemanusiaan, hilangnya ketauhidan bangsa Arab dan tidak
adanya figur seorang pemimpin yang mengayomi semua umat.
Muhammad Quthb
dalam bukunya Jahiliyah Masa Kini(1994: xiii-xiv) menjelaskan bahwa jahiliyah
dan memperturutkan hawa nafsu adalah dua sisi mata uang yang sama, jahiliyah
yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah kondisi psikologis yang menolak mengambil
petunjuk Allah, serta sistem yang tidak berhukum pada apa yang telah diturunkan
Allah. Jahiliyah abad dua puluh adalah jahiliyah tipu daya yang teroragnisir
rapi, dengan kajian mendalam, dan direncanakan untuk meluluh lantakkan umat
manusia dengan berasaskan ilmu pengetahuan. Dia adalah jahiliyah terdahsyat
yang belum pernah ditemukan tandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
Hamka (1975:
91-118) menyebutkan beberapa sifat negatif seperti yang diuraikan diatas, dan
beberapa sifat positif dari bangsa Arab, antara lain dermawan, pantang
menyerah, ahli dalam bidang memanah, berkuda, syair, pidato, pedagang ulung,
tepat janji dan lain-lain, bahkan ada salah satu pepatah arab: “Teguh janji,
sebagai Sam’ul”, kisah seorang bangsa Arab pra Islam yang sangat patuh pada
janjinya sehingga merelakan anaknya untuk dibunuh asalkan Sam’ul menepati
janjinya.
Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa sebelum datangnya Nabi Muhammad Saw, bangsa Arab telah
membangun sistem baik politik, perdagangan, pengetahuan, pemerintahan, dan
budaya yang pada akhirnya juga berperan dalam penyebaran agama Islam yang
dibawa Nabi Muhammad Saw.
Hubungan
kenegaraan yang telah dibangun sebelum datangnya Nabi Muhammad Saw oleh kaum
Quraisy yang terkenal pada masanya membawa dampak yang positif dalam penyebaran
agama Islam, kebiasaan bangsa Arab yang sangat menghormati tamunya, pekerja
keras dan kebiasaan baik lainnya telah disempurnakan dengan ajaran Islam dalam
al-Qur’an agar tidak terjadi penyimpangan.
Begitu luar
biasanya bangsa Arab baik sebagai bangsa jahiliyah maupun bangsa yang memiliki
kekuatan yang besar sehingga berdampak pada perkembangan Islam baik dari zaman
dahulu hingga sekarang. Tradisi gurun pasir yang keras serta perang antar suku
yang sering terjadi pada akhirnya
berkaitan dengan ide-ide dalam al-Qur’an
mengenai penyebaran islam, seperti jihad, sabar, persaudaraan, persamaan dan
lain-lain.
Demikianlah
sedikit ulasan mengenai agama dan kebudayaan Arab pra Islam dan pengaruhnya
terhadap perkembangan Islam. semoga uraian yang sedikit ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, kritik dan saran penulis harapkan sebagai perbaikan dimasa yang
akan datang.
Daftar Pustaka
-
Hamka.
1975. Sejarah Umat Islam Pertama. Jakarta:
Bulan Bintang.
-
Fadil
SJ. 2008. Pasang Surut Peradaban Islam
Dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN Malang Press.
-
Quthb,
Muhammad. 1994. Jahiliyah Masa Kini.
Bandung: Pustaka.
-
Ismail,
Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam.
Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
-
“ Tradisi
Jahiliyah itu Muncul Kembali”. Banjarmasin.tribunnews.com
diakses pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 22.16 WIB
No comments:
Post a Comment