Lu’liyatul Mutmainah
12820029
JUDUL
BUKU : PASANG SURUT PERADABAN
ISLAM DALAM LINTAS SEJARAH
PENGARANG : FADIL SJ
PENERBIT :
UIN MALANG PRESS
TAHUN
TERBIT : 2008
KOTA
TERBIT : MALANG
TEBAL : 282 halaman, 21 cm
Resensi Buku:
Islam sebagai
agama yang termasuk pesat dalam perkembangannya di dunia memiliki lika-liku dan
pasang surut yang cukup mengundang perhatian ahli sejarah dunia. Termasuk bagi
salah satu Dosen UIN Malang Fadli SJ di dalam bukunya yang berjudul “PASANG
SURUT PERADABAN ISLAM DALAM LINTASAN SEJARAH”. Buku ini membahas secara
sistematis tentang perkembangan peradaban Islam dari masa Rasulullah, Khalifah,
Daulah Umayyah, Abbasiyah yang tergolong dalam zaman keemasan(The Golden Age of
Islam), hingga masa keruntuhan akibat konflik politik dan kekuasaan dilanjutkan
dengan pembaharuan peradaban Islam.
Buku ini juga
mengulas banyak pendapat mengenai arti dari sejarah, kebudayaan dan peradaban
yang sesuai dalam menapak tilas sejarah Islam sehingga tidak terjadi kecacatan
sejarah. Sejarah merupakan ilmu untuk mempelajari peristiwa di masa lalu dengan
sudut pandang tidak hanya dari keadaan situasi sekarang, kebudayaan mencakup
ranah lebih luas, sedangakan kebudayaan yang sudah maju disebut peradaban, yang
memiliki arti lebih spesifik, mencakup unsur dari kebudayaan. Sehingga
kebudayaan meliputi peradaban tetapi tidak sebaliknya. Beberapa pendapat
mengungkapkan bahwa kebudayaan Islam tidak mungkin dapat diterapkan seratus
persen di muka bumi ini.
Penjelasan
secara rinci mengenai proses peletakan nilai-nilai keislaman di satiap zaman
kepemimpinan di masa khalifah, pandangan politik, sistem ekonomi, dan segala
regulasi pemerintahannya merupakan daya tarik sendiri bagi pembaca yang
termasuk awam dalam hal sejarah karena kemudahan penalaran bahasa yang digunakan.
Mengungkapkan sisi keistimewaan kebudayaan Islam termasuk dalam firman-firman
Allah yang tertuang dalam al-Qur’an menunjukkan bahwa Allah menaruh perhatian
tentang pentingnya mempelajari sejarah untuk perbaikan di masa yang akan datang
sebagai hikmahnya.
Lintasan sejarah
dari peradaban Arab pra Islam, pembinaan peradaban Islam, masa pertumbuhan dan
perkembangan oeradaban Islam, puncak kejayaan peradaban Islam, kemunduran
peradaban Islam hingga pembaharuan peradaban Islam. Perjalanan sejarah Islam
dibagi menjadi tiga secara garis besar menurut versi Nourouzzaman Shiddiqie,
yaitu: pertama, periode klasik, yang dimulai sejak Rasulullah hingga masa
Dinasti abbasiyah pada tahun 650 H/1258 M dengan prestasi yang luar biasa.
Kedua, periode pertengahan, sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah hingga abad ke 11
H/17 M diwarnai dengan kekuasaan politik yang terpecah dan saling memusuhi.
Ketiga, periode Modern, sejak abad ke 12 H/18 M sampai sekarang, di periode ini
umat Islam tidak memiliki kekuatan politik yang disegani.
Pembahasan
mengenai peradaban Arab pra Islam meliputi keadaan geografis yang berbatasan
dengan air di tiga sisinya, struktur masyarakat dengan dua kelompok Arab yaitu
Arab Ba’idah yang telah punah dan Arab Baqiyah yang masih survive hingga
sekarang serta 10 departemen yang dibangun oleh Abdul Muthalib , keagamaan yang
dimulai dari agama hanif(ketauhidan) yang disebut dalam al-Qur’an
kemudian terjadi penyimpangan yang disebut agama watsaniyah serta
berbagai kepercayaan terhadap berhala-berhala dan tempat-tempat yang
dikeramatkan , watak bangsa Arab baik negatif(kejam, pendendam, pemabuk dan
penjudi) maupun positif( kedermawanan, keberanian dan kepahlawanan), dan
pembahasan terakhir tentang peradabannya dengan kerajaan yang besar dan makmur
di selatan Jazirah Arab oleh Arab Qathaniyah, sementara itu peradaban
non-material lebih banyan disebutkan seperti syair-syair jahili, prosa,
khithabah, amtsal, ansab, tenun, ramalan dan sebagainya. Modal utama dari
peradaban non-material adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.
Dalam pembahasan
bab III mengenai pembinaan peradaban Islam terdapat dua sub bab yaitu latar
belakang pembinaan peradaban Islam dan proses Islamisasi peradaban bangsa Arab
melalui perombakan unsur-unsur budaya jahiliyah di Mekkah yang diarahkan dan
diwarnai dengan nilai keislaman hingga diubah dalam bentuk yang benar-benar
Islam. Di Madinah, Rasulullah membina masyarakat melalui “Perjanjian Aqobah”
dan kebijakan-kebijakan lainnya.
Sepeninggal
Rasulullah, pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam dilanjutkan oleh para
khalifah hingga akhir masa Daulah Abbasiyah. Hal ini dibarengi dengan perluasan
wilayah kekuasaan, kemajaun teknologi dan keilmuan serta munculnya berbagai
aliran dalam Islam. sementara itu, puncak kejayaan peradaban Islam berlangsung
sekitar abad ke 9 M/ 2 atau 3 H hingga abad ke 13 M/ 6 atau 7 H pada masa
pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad dan Bani Umayyah di Cordoba(Spanyol).
Kebhineka tunggal ika-an dalam berbagai aspek peradaban di masa inilah yang
memicu kejayaan umat Islam. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dengan para
pemikir filsafat keilmuan dan kemajuan pemerintahan dengan diwan-diwan yang
dibentuk. Perbandingan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah antara lain,
Umayyah berkarakter sosial Arabis, dominasi etnis Arab, pelaksana pemerintah
adalah khalifah, kemajuan politik-militer, lama berkuasa 89 tahun, akhir
kekuasaan karena revolusi Abbasiyah. Sedangkan Dinasti Abbasiyah berkarakter
sosial kosmopolitanis, dominasi etnik Arab-Persia, pelaksana pemerintah Wazir,
kemajuan selain dibidang politik-militer juga ekonomi-intelektual, berkuasa
selama 500 tahun dan berakhir karena serbuan Hulagu Khan.
Kemunduran
peradaban Islam tampak saat jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol, dan
jatuhnya Cordoba ke tangan penguasa Kristen di Barat pada abad ke 13 M. Penjelasan
yang sistematis dilengkapi dengan ilustrasi gambar dan tabel yang membantu
dalam membandingkan dan menganalisis faktor pemicu kemajuan maupun kemunduran
peradaban Islam. Beberapa aspek kemajuannya adalah dalam bidang pengetahuan dan
keilmuwan pada masa Harun al-Rasyid, bidang ekonomi dan perdagangan, perluasan
wilayah hingga Byzantium dan lain sebagainya. Ada tiga hal penyebab kemundurannya
menurut M. Syarif. Pertama, perbedaan penanaman pemikiran filsafat,
Ghazali melebur dalam mega alam Tasawuf, semantara Ibnu Rasyid masuk kedalam
paham materialisme karena sukses di Barat. Kedua, para khalifah dan amir
Islam melalaikan ilmu pengetahuan dan peradaban sementara para ilmuan Barat
sedang gencarnya menciptakan peradaban dan teknologi. Ketiga, banyaknya
pemberontakan yang menimpa dunia Islam karena faktor politik, kekuasaan, dan
serangan dari pihak eksternal.
Buku ini
mengilustrasikan dekadensi para pemimpinlah yang menjadi akar dari kehancuran
kejayaan Islam yang telah diraih. Kemewahan yang dinikmati para amir,
kesombongan dan keangkuhan serta berputarnya uang hanya di kalangan orang kaya
saja itulah potret kezaliman yang bertolak belakang dengan kepemimpinan
nabawiyah.
Setelah
kemunduran peradaban Islam, muncul ide untuk mengadakan pembaharuan dalam
berbagai segi, dimulai pemikiran dan pembaharuan sebelum periode modern dan
pada periode modern di Turki, Mesir dan India. Pada masa modern secara garis
besar dikategorikan ada tiga pola
gerakan pembaharuan, yaitu dengan orientasi peradaban Barat, Islam murni dan
nasionalisme yang pada akhirnya bertemu dalam suatu wadah pembangunan dan
pendidikan nasional di masing-masing negara.
Buku
ini sangat bagus jika digunakan oleh pembaca yang mencari referensi dengan
bahasa yang popluler dan sistematis, namun di sisi lain ada beberapa teks yang
tidak ditulis secara konsisten seperti syair-syair ditulis sya’ir-sya’ir pada
paragraf lain, Allah SWT yang ditulis Allah swt, dan ada beberapa halaman yang
tidak sempurna dalam pencetakannya sehingga pembaca kehilangan beberapa
informasi, selain itu tidak ada kesimpulan maupun ringkasan secara singkat di
akhir buku ini sehingga pembaca tidak dapat melihat pola pikir yang
dikembangkan penulis secara eksplisit.
No comments:
Post a Comment